Selasa, 12 April 2016

PEMBANGUNAN PROVINSI BANTEN

Pengaruh Alokasi Belanja Kebutuhan Dasar Terhadap Dimensi Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Banten


Paradigma pembangunan sebuah negara secara global telah mengalami perubahan, dari pembangunan di sektor ekonomi yang dengan menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai indikatornya, menjadi pembangunan yang menitikberatkan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. United Nation Development Program (UNDP) merumuskannya kedalam Human Development Index, dan di Indonesia diartikan sebagai Indeks Pembangunan Manusia. Adapun komponen IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga), dan tingkat kehidupan yang layak yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan (PPP rupiah), indeks ini merupakan rata-rata sederhana dari ketiga komponen tersebut diatas.
Tercapainya tujuan pembangunan manusia yang tercermin pada IPM sangat tergantung komitmen pemerintah sebagai penyedia sarana layanan. Pembangunan tiga aspek yang menjadi fokus perhatian dalam penghitungan IPM tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan sinergi diantara ketiganya. Peran pemerintah sebagai penyusun kebijakan sangat dibutuhkan untuk memberi kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidup.
Pandangan tradisional tentang peran pemerintah selalu mengacu ungkapan Adam Smith dalam bukunya yanh terkenal, Wealth of Nations, bahwa  “ pemerintah hanya betugas melindungi masyarakat dari pelanggaran dan invasi dari masyarakat lainnya, dan sejauh mungkin bertugas melindungi setiap masyarakat dari ketidakadilan atau tekanan dari anggota masyarakat lainya. Dari penjelasan tersebut peran pemerintah semakin berkembang karena kebutuhan masyarakat semakin berkembang yang pada awalnya kebutuhan tersebut dipenuhi sendiri dengan berinteraksi antara satu dengan yang  lain dalam lembaga pasar. Kondisi tersebut tidak dapat di pertahankan lagi karena kelemahan mekanisme pasar dalam memberikan layanan publik yang efisien dan adil. Menghadapi persoalan kegagalan pasar tersebut maka masyarakat menuntut pemecahan masalah terhadap pemerintah. Maka dari hal tersebut peran pemerintah diperluas, menurut  Musgrave ( 1991) bahwa peran pemerintah menjadi berkembang dengan mencakup beberapa fungsi, yakni fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi.
Salah satu perangkat yang selama ini banyak digunakan oleh pemerintah untuk mewujudkan peran tersebut adalah perangkat kebijakan fiskal. Di antara instrumen kebijakan fiskal tersebut, ada instrumen dalam bidang pengalokasian dana atau anggaran pembangunan ke bidang yang berkaitan dengan dengan fasilitas publik seperti pendidikan, kesehatan, irigasi, transportasi, dan sebagainya (Sasana, 2009). Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara (Penjelasan UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara).
Penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis menunjukkan alokasi sumber daya manusia, material, dan sumber daya lainnya. Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani berbagai tujuan termasuk untuk pengendalian keuangan, rencana manajemen, prioritas dari penggunaan dana, dan pertanggungjawaban kepada publik. Anggaran merupakan satu instrumen penting di dalam manajemen karena merupakan bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun di organisasi sektor publik, termasuk pemerintah, anggaran merupakan bagian dari aktivitas penting yang dilakukan secara rutin.
Kaitan antara pengeluaran untuk sector public terhadap pembangunan manusia sebenarnya mudah ditelusuri, pengeluaran untuk bidang kesehatan diharapkan mampu untuk meningkatkan angka harapan hidup  (Sahrah, 2007), anggaran dalam bidang pendidikan diharapkan akan mampu untuk meningkatkan akses masyarakat pada pendidikan yang baik dan murah, sehingga mampu meningkatkan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan anggaran dalam bidang ekonomi akan meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat.
Mencermati alokasi belanja daerah pemerintah Provinsi Banten terhadap kebutuhan publik terjadi kondisi yang memperhatinkan, hal tersebut tampak dari masih relatif tingginya belanja rutin (belanja tidak langsung) dibanding anggaran belanja pembangunan (belanja langsung).
Selama ini IPM di Provinsi Banten sudah mencapai 71,49 pada tahun 2012, dan masih berada dibawah IPM Indonesia yang pada tahun yang sama sebesar 73,29 provinsi banten menempati rangking ke 23 dari seluruh provinsi di Indonesia dalam bidang pembangunan manusia.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, penelitian ini akan menguji dan menganalisis pengaruh kebijakan pemerintah daerah dalam pengelolaan APBD melalui alokasi belanja daerah dibidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi terhadap pembangunan manusia di Provinsi Banten.

Metode Pembelajaran dalam Pelatihan PLS

Metode Simulasi
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Program dan Metode Pembelajaran Dalam Pelatihan Manajemen dan Ketenagaan
Oleh Dosen : Dr.Sudadio,M.Pd



Disusun oleh
1. Lulu Putri Utami                         2221132440
2.Melinda Fitriani                           2221131500
3. Moh Fikri Tanzil Mutaqin           2221121238
4. Muhamad Hadiyatna                  2221120323



PRODI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG – 2016

KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas mengenai " Metode Pembelajaran Dalam Pelatihan Manajemen dan Ketenagaan”  tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “tak ada gading yang tak retak”, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin

Serang, 30 Maret 2016

Penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................................... 1
B.      Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2
C.      Rumusan Masalah................................................................................................... 2
D.     Manfaat Penulisan.................................................................................................. 2
BAB II  PEMBAHASAN
A.  Pegertian metode pembelajaran.............................................................................. 3
B. Sejarah Metode Penelitian....................................................................................... 5
C. Tujuan Metode Simulasi.......................................................................................... 7
D. Jenis – jenis Metode Simulasi.................................................................................. 7
E. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi........................................................... 8
F. Prosedur Metode Simulasi....................................................................................... 9
G. Karakteristik Metode Simulasi................................................................................ 10
H. Persyaratan yang Mengoptimalkan Pembelajaran Simulasi..................................... 10
 I. Peran Guru dalam Metode Simulasi........................................................................ 11
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 15       


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Metode pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang  bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain  (Joyce dan Weil, 1980:1).  Metode pembelajaran dapat dijadikan pola pikiran, artinya para guru boleh memilih motode pembelajaran yang sesuai dan efisien utntuk mencapai tujuan pendidikannya.Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam memebelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. Setiap metode mengajar  memiliki karakteristik yang berbeda-beda  dalam membentuk pengalaman balajar siswa, tetapi satu dengan yang lainnya saling menunjang.
Dalam kegiatan belajar ini akan dikemukakan tantang konsep, karakteristik, prosedur, keterbatasan, dan keunggulan metode mengajar simulasi yang mungkin banyak digunakan oleh guru. Penggunaan metode mengajar yang didasarkan pada pembentukan kemampuan siswa, seperti memiliki kreativitas. Setiap metode mengajar memiliki keunggulan dan kekurangan sehingga hal tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih metode tersebut.Kelemahan-kelemahan metode harus dianti sipasi dan dikaji oleh guru agar penggunaannya dapat efektif.
Dalam pengajaran modern teknik simulasi ini telah banyak di laksanakan sehingga siswa bisa berperan seperti orang-orang atau dalam keadaan yang dikehendaki. Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan dengan tujuan agar orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih memegang peranan sebagai orang lain. Simulasi mempunyai bermacam-macam bentuk  pelaksanaan ialah : peer-teaching, socialdrama, psikodrama, simulasi game, dan rope playing.  Contohnya : siswa melatih mengajar di depan kelas berperan sebagai guru. Dalam pengajaran konpeksi, siswa berperan sebagai manajer, penggunting bahan, penjahit, penyetrika, pengepak, pengelola keuangan, dan lain-lainnya. Mereka sedang memerankan sekelompok orang yang mengelola konfeksi pakaian. Berdasarkan uraian tersebut, penyusun akan membahas Model Pembelajaran dengan Metode Simulasi yang merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif  untuk melatih siswa agar lebih terampil.
B.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengerti dan memahami arti dari Metode Pembelajaran serta metode simulasi itu sendiri.
2.      Memahami manfaat dari penggunaan Metode Simulasi
3.      Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan penggunaan  metode simulasi
4.      Mengetahui Prosedur apa saja dalam metode Simulasi
C.    Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, didapatkan permasalahan :
1. Apa pengertian dari Metode Pembelajaran serta metode simulasi  ?
2. Bagaimana manfaat yang ditimbulkan dari penggunaan Metode Simulasi dalam proses Pembelajaran ?
3. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan penggunaan  metode simulasi ?
4. Prosedur apa saja yang terdapat dalam metode simulasi ?
D.    Manfaat Penulisan Makalah
Berikut ini akan dijabarkan mengenai manfaat-manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini.
1.      Mengetahui hakikat dari pengunaan metode simulasi dalam proses pembelajaran.
2.      Mengetahui arti dari metode pembelajaran.
3.      Menelaah dalam mengidentifikasi kelegalan pengunaan metode simulasi.  
4.      Mengetahui serta memahami peran guru dalam penerapan metode simulasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Metode Pembelajaran
            Metode atau metoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu metha dan hodos. Methaberarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa Arab, metode disebut thariqah. Mengajar berarti menyajikan atau menyampaikan pelajaran. Jadi, metode mengajar berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran.(Ghunaimah, 1952: 177).]
Para ahli memberikan beberapa definisi tentang metode mengajar sebagai berikut:
1.Hasan Langgulung mengemukakan bahwa metode mengajar adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pengajaran.
2. Abd al-Rahman Ghunaimah mendefinisikan metode mengajar dengan cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
3. Al-Abrasyi mengemukakan pengertian metode mengajar sebagai jalan yang diikuti untuk memberikan pengertian kepada murid-murid tentang segala macam materi dalam berbagai pelajaran.
            Metode mengajar yang umum dikenal dalam dunia pendidikan hingga sekarang adalah metode ceramah, metode diskusi, metode eksperimem, metode demonstrasi, metode pemberian tugas, metode sosiodrama, metode drill, metode kerja kelompak, metode tanya jawab, metode proyek, metode bersyarah, metode simulasi, metode model, metode karya wisata, dan sebagainya.
            Semua ini dapat dipergunakan berdasarkan kepentingan masing-masing, sesuai dengan pertimbangan bahan. Dengan kata lain, pemilihan dan penggunaan metode tergantung pada nilai efektivitasnya masing-masing. Selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, metode tersebut boleh dipergunakan dalam pendidikan Islam.  Metode pendidikan Islam adalah cara-cara yang digunakan dalam pengembangan potensi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Karena pengajaran adalah bagian dari pendidikan Islam, maka metode mengajar itu termasuk metode pendidikan. Itu berarti bahwa masih ada metode-metode lain yang dapat digunakan dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik. Salah satunya dengan penggunaan metode simulasi.
            Pengertian Metode Simulasi Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005) simulasi   adalah satu metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya; simulasi: penggambaran suatu sistem atau proses  dengan peragaan memakai model statistic atau pemeran. Udin Syaefudin Sa’ud , Simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi  dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya.  
            Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata. Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok.Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan  yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar.  
            Dalam pembelajaran yang menggunakan metode simulasi, siswa dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Di samping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk dapat bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Metode simulasi merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di Sekolah Dasar.
            Dalam pembelajaran, siswa akan dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Disamping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan-pembelajaran.

B.    Sejarah Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura- pura atau berbuat seolah- olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura- pura. Dengan demikian, simulasi dalam metode pembelajaran dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura- pura atau melalui proses tingkah laku lak imitasi. Atau bermain peran mengenai tingkah laku yang dilakukan seolah- olah dalam keadaan yang sebenarnya. (Ismail SM, 2008:24) 
Simulasi merupakan suatu metode pembelajaran praktek interaktif yang melibatkan penciptaan situasi atau ruang belajar dalam suatu program pelatihan.Tujuan dari simulasi adalah untuk memunculkan pengalaman pembelajaran selama mengikuti program pelatihan. Metode ini mirip dengan permainan peran, tetapi dalam simulasi, peserta peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan kegiatan. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang) 
Metode simulasi telah diterapkan dalam pendidikan lebih dari tiga puluh tahun. Pelopornya adalah Sarene Boocock dan Harold Guetzkow. Walaupun model simulasi bukan dari disiplin ilmu pendidikan, tetapi merupakan penerapan dari prinsip sibernetik, suatu cabang dari psikologi sibernetik yaitu suatu study perbandingan antara mekanisme kontrol manusia (biologis) dengan sistem elektro mekanik, seperti komputer. Jadi, berdasarkan teori sibernetika ahli psikologi menganalogikan mekanisme kerja manusia seperti mekanisme mesin elektronik.
Menganggap siswa (pembelajar) sebagai suatu sistem yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri (self regulated feedback) (Hamzah B Uno,2007:28). Sistem kendali umpan balik ini, baik manusia maupun mesin mempunyai tiga fungsi, yaitu (1) menghasilkan gerakan/ tindakan sistem terhadap target yang diinginkan, (2)membandingkan dampak dari tindakannya tersebut, (3) memanfaatkan kesalahan (error) untuk mengarahkan kembali ke jalur yang seharusnya. 
Proses simulasi tergantung pada peran guru /fasilitator. Ada empat prinsip yang harus dipegang oleh fasilitator/guru. Pertama adalah penjelasan. Untuk melakukan simulasi, pemain harus benar- benar memahimi aturan mainnya, oleh karena itu sebelum permainan dimulai, guru/ fasilitator harus menjelaskan tentang aturan permainan dalam simulasi. Kedua adalah mengawasi (refeereing). Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan dan prosedur permainan tertentu. Oleh karena itu, fasilitator harus mengawasi jalannya permainan agar dapat berjalan sesuai dengan ketentuan. Ketiga adalah melatih (Coaching). Dalam simulasi, pemain akan melakukan kesalahan. Oleh karena itu, fasilitator harus memberikan bimbingan, saran dan petunjuk agar pemain tidak mengulangi kesalahan yang sama. Keempat adalah diskusi. Dalam simulasi, refleksi menjadi bagian yang penting. Oleh karena itu, setelah simulasi selesai, fasilitator harus mendiskusikan beberapa hal antara lain: kesulitan- kesulitan, hikmah yang bisa diambil, bagaimana memperbaiki kekurangan simulasi dan sebagainya. (Hamzah B Uno,2007:29) 
Dalam permainan simulasi, yang harus dilakukan oleh guru adalah, (1)Mempersiapkan siswa yang menjadi pemeran simulasi, (2)Menyusun skenario dengan memperkenalkan siswa terhadap aturan, peran, prosedur, pemberi skor (nilai), tujuan permainan dan lain- lain. Guru menunjuk siswa untuk memegang peran- peran tertentu dan menguji cobakan simulasi untuk memastikan bahwa seluruh siswa memahami aturan main simulasi tersebut., (3) Melaksanakan simulasi, siswa berpartisipasi dalam permainan simulasi dan guru melakukan peranannya sebagimana mestinya.( (Hamzah B Uno,2007:30) 






C.    Tujuan Metode Simulasi
Model pembelajaran simulasi bertujuan untuk:
1.  Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari.
2.   Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
3.   Melatih memecahkan masalah.
4.   Meningkatkan keaktifan belajar.
5.   Memberikan motivasi belajar kepada siswa.
6.   Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok.
7.   Menumbuhkan daya kreatif siswa.
8.   Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
D.    Jenis – jenis Metode Simulasi
Simulasi terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:
1.      Sosiodrama : adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
2.      Psikodrama : adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis.  Psikodrama biasanya digunakan untuk trapi, yaitu agar mahasiswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.
3.      Role Playing atau Bermain Peran : adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.  Topik yang dapat diangkat untuk role playing misalnya memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi.
4.      Peer Teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon guru.  Setelah itu peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan salah satu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.
5.      Simulasi Game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturan tertentu.
E.     Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah:
1.      Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi si-tuasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simula­si siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan to­pik yang disimulasikan.
2.      Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
3.      Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan da­lam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
4.      Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran.
Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, diantaranya:
1.      Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2.      Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hi­buran, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3.      Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.

F.     Prosedur Metode Simulasi
Prosedur metode simulasi yang harus ditempuh dalam pembalajaran adalah
sebagai berikut:
1.      Menetapkan topik simulasi yang diarahkan oleh guru.
2.      Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas
3.      Simulasi diawali dengan petunjuk  dari guru tentang prosedur,
teknik, dan peran yang dimainkan.
4.      Prosedor pengamatan  terhadap proses, peran, teknik, dan prosedur
dapat dilakukan dengan diskusi.
5.      Kesimpulan dan saran dari kegiatan simulasi. Menurut Suwarna, M.Pd Langkah-langkah yang perlu ditempuh  dalam
melaksanakan simulasi alah:
·         Menentukan topik serta tujuan  yang ingin dicapai
·         Memberikan gambaran tentang  situasi yang akan disimulasikan
·         Membentuk kelompok dan menentukan peran masing-masing
·         Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi
·         Melaksanakan simulasi
·         Melakukan penilaian






G.    Karakteristik Metode Simulasi

*      Memaparkan tentang karakteristik   metode simulasi sebagai berikut:
 Banyak digunakan pada pembelajaran  PKn, IPS, pendidikan
agama dan pendidikan apresiasi.
*       Pembinaan kemampuan bekerja sama, komunikasi, dan interaksi
merupakan bagian dari keterampilan yang akan dihasilkan melalui
pembelajaran simulasi.
*      Metode ini menuntut lebih banyak aktivitas siswa.
*       Dapat  digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual,
bahan pembelajaran dapat diangkat dari kehidupan sosial, nilai-nilai
sosial, maupun masalah-masalah sosial.

H.    Persyaratan yang Mengoptimalkan Pembelajaran Simulasi
          Untuk menunjang efektivitas penggunaan metode simulasi perlu dipersiapkan kemampuan guru maupun kondisi siswa yang optimal. Dibawah ini dijelaskan tentang kemampuan guru dan  kondisi siswa guna mendukung efektivitas metode simulasi dalam pembelajaran.Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang metode simulasi di antaranya:
*      Mampu membimbing siswa dalam mengarahkan teknik, prosedur, dam
peran yang akan dilakukan dalam simulasi.
*      Mampu memberikan ilustrasi.
*      Mampu menguasai pesan yang dimaksud dalam simulasi tersebut.
*      Mampu mengamati secara proses simulasi yang dilakukan oleh siswa.
Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam
penerapan metode simulasi adalah:
a.       Kondisi, minat, perhatian dan motivasi siswa dalam bersimulasi.
b.      Pemahaman terhadap pesan yang akan menstimulasikan.
c.       Kemampuan dasar berkomunikasi dan berperan.

I.        Peranan Guru Dalam Metode Simulasi
Peranan Guru Dalam Metode Simulasi Ada empat peranan yang dapat dilakukan guru dalam memimpin dan mengelola simulasi bagi pesrta didik :

Pertama : Menjelaskan  yakni  peserta didik sebagai pemegang peran
perlu memahami garis besar berbagai aturan dari kegiatan atau
peralatan yang diperlukan, atau tentang implikasi dari setiap tindakan
yang ia lakukan. Dalam hal ini dapat menjelaskan sekedarnya kepada
peserta didik, pemahaman peserta didik terhadap pokok kegiatan
simulasi serta implikasi-implikasinya akan menjadi lebih jelas setelah
pesrta didik melakukannya sendiri atau setelah dilakukan diskusi.
Kedua : Mewasiti dimanan  guru harus membentuk kelompok-kelompok dan
membagi peserta didik dalam kelompok atau peran sesuai dengan
kemampuan dan keinginan peserta didik.Selain itu guru harus mengawasi
partisipasi peserta didik dalam permainan simulasi.
Ketiga : Melatih yaitu guru juga harus bertindak sebagai seorang
pelatih yang memberikan petunjuk-petunjuk kepada peserta didik agar
mereka dapat berperan dengan baik.
Keempat : Memimpin diskusi  dimana  selama permainan berlangsung guru
akan memimpin kelas dalam suasana diskusi, misalnya membicarakan
tanggapan peserta didik dan kesukaran yang dijumpai, cara-cara untuk
menguji kebenaran permainan dan bagaimana permainan simulasi itu
dinyatakan dengan kehidupan yang sebenarnya.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Metode atau metoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu metha dan hodos. Methaberarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa Arab, metode disebut thariqah. Mengajar berarti menyajikan atau menyampaikan pelajaran. Jadi, metode mengajar berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran.(Ghunaimah, 1952: 177).]
Para ahli memberikan beberapa definisi tentang metode mengajar sebagai berikut:
1.Hasan Langgulung mengemukakan bahwa metode mengajar adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pengajaran.
2. Abd al-Rahman Ghunaimah mendefinisikan metode mengajar dengan cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
3. Al-Abrasyi mengemukakan pengertian metode mengajar sebagai jalan yang diikuti untuk memberikan pengertian kepada murid-murid tentang segala macam materi dalam berbagai pelajaran.
            Pengertian Metode Simulasi Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005) simulasi   adalah satu metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya; simulasi: penggambaran suatu sistem atau proses  dengan peragaan memakai model statistic atau pemeran. Udin Syaefudin Sa’ud , Simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi  dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya.  
            Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata. Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok.Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan  yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar.  
Model pembelajaran simulasi bertujuan untuk:
1.      Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari.
2.   Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
3.   Melatih memecahkan masalah.
4.   Meningkatkan keaktifan belajar.
5.   Memberikan motivasi belajar kepada siswa.
6.   Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok.
7.   Menumbuhkan daya kreatif siswa.
8.   Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah:
*      Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi si-tuasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simula­si siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan to­pik yang disimulasikan.
*      Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
*      Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan da­lam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
*      Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran.
Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, diantaranya:
*      Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
*      Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hi­buran, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
*      Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
Prosedur metode simulasi yang harus ditempuh dalam pembalajaran adalah
sebagai berikut:
Ø  Menetapkan topik simulasi yang diarahkan oleh guru.
Ø  Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas
Ø  Simulasi diawali dengan petunjuk  dari guru tentang prosedur,
teknik, dan peran yang dimainkan.
Ø  Prosedor pengamatan  terhadap proses, peran, teknik, dan prosedur
dapat dilakukan dengan diskusi.
Ø  Kesimpulan dan saran dari kegiatan simulasi. Menurut Suwarna, M.Pd Langkah-langkah yang perlu ditempuh  dalam
melaksanakan simulasi alah:
·         Menentukan topik serta tujuan  yang ingin dicapai
·         Memberikan gambaran tentang  situasi yang akan disimulasikan
·         Membentuk kelompok dan menentukan peran masing-masing
·         Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi
·         Melaksanakan simulasi
·         Melakukan penilaian




B.     Saran
Agar kegiatan belajar mengajar berjalan efektif , maka guru harus
mampu memilih metode mengajar yang paling sesuai. Proses pembelajaran
akan efektif jika berlangsung dalam situasi dan kondisi yang kondusif,
hangat, menarik, menyenangkan, dan wajar. Oleh karena itu guru perlu memahami berbagai metode mengajar dengan berbagai karakteristiknya, sehingga mampu memilih metode yang tepat dan mampu menggunakan metode  mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan maupun kompetensi yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Ø Abu Ahmadi , Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV Pustaka setia, 2005.
Ø Anissatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Teras, 2009.
Ø Anitah, Sri,Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
Ø Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:
Ciputat Press. 2002.
Ø Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Amzah, 2010.

 
Pendidikan Luar Sekolah Blogger Template by Ipietoon Blogger Template